Kotabumi (SL) - Pelayanan Rumah Sakit Handayani (RSH), Kotabumi, Lampung Utara (Lampura) kembali dikeluhkan pasiennya. Sebab, dokter jaga di RSH tersebut kerap tak ada saat dibutuhkan pasien.
"Dokter jaganya enggak ada. Padahal, saya sudah berulang kali meminta kepada perawat untuk memeriksa kondisi ibu mertua saya, Aini yang sedang kritis saat itu," keluh Saparudin, salah seorang pasien RSH, Senin (25/8).
Akibat keterlambatan pertolongan dari dokter jaga tersebut, warga Kelurahan Kotabumi Udik, Kecamatan Kotabumi ini menuturkan bahwa sang mertua akhirnya melepas nafas terakhirnya di RSH, Minggu (24/8) sekitar pukul 09:00 WIB. "Dokter jaga baru datang saat mertua saya sudah ninggal. Itu yang bikin saya kesal!" ketus dia
Meski mengakui telah ikhlas melepas kepergian sang mertua untuk selama - lamanya, namun menurut dia, setidaknya pihak RSH dapat melakukan tindakan atau upaya untuk mengobati mertuanya. "Memang betul ajal itu sudah ditentukan oleh Yang Maha Kuasa. Tapi mestinya dokter jaga itu siap sedia saat dibutuhkan. Bukan datang saat pasien sudah ninggal!!" sengit dia.
Selain menyoal kesigapan dokter jaga, bapak dua anak ini juga menyoroti hasil diagnosa 3 orang dokter yang menangani mertuanya lantaran saling berbeda satu sama lain. Dimana, hasil lab dari IGD (Instalasi Gawat Darurat) waktu pertama kali mertuanya masuk ke RSH pada Minggu (17/8), mertuanya divonis gagal ginjal. Namun saat diperiksa oleh dokter spesialis penyakit dalam RSH, penyakit sang mertua disebabkan oleh pergesaran ginjal. "Tapi abis di USG (Ultrasonografi), dokter jaga bilang kalau mertua saya terkena pembesaran usus. Jadi, mana yang benar penyakit mertua saya itu kalau 3 dokter hasilnya beda - beda," tukasnya lagi.
Ia berharap, Pemerintah Kabupaten melalui Dinas Kesehatan dapat mengambil langkah tegas terkait persoalan ini. Tujuannya agar peristiwa yang tidak mengenakan yang dialaminya itu tidak kembali terulang kepada pasien - pasien RSH lainnya. "Semoga pak Bupati atau Dinas Kesehatan mau merespon keluhan rakyatnya. Karena kami bingung mau ngadu ke siapa," harap dia.
Dilain sisi, Direktur RSH, Djauhari Thalib melalui pesan singkatnya membantah bila dokter jaga di RS yang dipimpinnya tidak selalu ada. Ia berkilah, keterlambatan dokter jaga dalam melayani pasien yang kritis disebabkan pasien kritis terbilang cukup banyak tiap harinya. Oleh karenanya, sang dokter dimaksud harus terlebih dahulu menyelesaikan penanganan pasien yang telah ia tangani. Setelah itu, baru sang dokter jaga melayani pasien kritis lainnya yang memerlukan penanganan dokter. "Dokter jaga di RS Handayani 24 jam setiap hari. Pasien yang kritis di RS setiap hari ada lebih dari satu, tidak mungkin dokter jaga menangani pasien kritis sekaligus. Panggilan 1 yang ditangani sampai selesai, baru pasien yang lain," tulisnya dalam pesan singkat.
Sedangkan mengenai tidak samanya hasil diagnosa dari 3 dokter yang menangani pasien Aini, mantan Calon Bupati Lampura tahun 2008 silam ini beralasan bila hal tersebut memang demikian adanya. Lantaran, diagnosa setiap penyakit pada RSH memiliki berbagai tingkatan. "Diagnosa penyakit di RS ada tingkatannya. Diagnosa waktu masuk, Diagnosa hasil pemeriksaan Laboratorium dan Radiologi, Diagnosa hasil konsultasi ke Dokter lain. Baru Diagnosa akhir," tuntas dia.(Feaby)
"Dokter jaganya enggak ada. Padahal, saya sudah berulang kali meminta kepada perawat untuk memeriksa kondisi ibu mertua saya, Aini yang sedang kritis saat itu," keluh Saparudin, salah seorang pasien RSH, Senin (25/8).
Akibat keterlambatan pertolongan dari dokter jaga tersebut, warga Kelurahan Kotabumi Udik, Kecamatan Kotabumi ini menuturkan bahwa sang mertua akhirnya melepas nafas terakhirnya di RSH, Minggu (24/8) sekitar pukul 09:00 WIB. "Dokter jaga baru datang saat mertua saya sudah ninggal. Itu yang bikin saya kesal!" ketus dia
Meski mengakui telah ikhlas melepas kepergian sang mertua untuk selama - lamanya, namun menurut dia, setidaknya pihak RSH dapat melakukan tindakan atau upaya untuk mengobati mertuanya. "Memang betul ajal itu sudah ditentukan oleh Yang Maha Kuasa. Tapi mestinya dokter jaga itu siap sedia saat dibutuhkan. Bukan datang saat pasien sudah ninggal!!" sengit dia.
Selain menyoal kesigapan dokter jaga, bapak dua anak ini juga menyoroti hasil diagnosa 3 orang dokter yang menangani mertuanya lantaran saling berbeda satu sama lain. Dimana, hasil lab dari IGD (Instalasi Gawat Darurat) waktu pertama kali mertuanya masuk ke RSH pada Minggu (17/8), mertuanya divonis gagal ginjal. Namun saat diperiksa oleh dokter spesialis penyakit dalam RSH, penyakit sang mertua disebabkan oleh pergesaran ginjal. "Tapi abis di USG (Ultrasonografi), dokter jaga bilang kalau mertua saya terkena pembesaran usus. Jadi, mana yang benar penyakit mertua saya itu kalau 3 dokter hasilnya beda - beda," tukasnya lagi.
Ia berharap, Pemerintah Kabupaten melalui Dinas Kesehatan dapat mengambil langkah tegas terkait persoalan ini. Tujuannya agar peristiwa yang tidak mengenakan yang dialaminya itu tidak kembali terulang kepada pasien - pasien RSH lainnya. "Semoga pak Bupati atau Dinas Kesehatan mau merespon keluhan rakyatnya. Karena kami bingung mau ngadu ke siapa," harap dia.
Dilain sisi, Direktur RSH, Djauhari Thalib melalui pesan singkatnya membantah bila dokter jaga di RS yang dipimpinnya tidak selalu ada. Ia berkilah, keterlambatan dokter jaga dalam melayani pasien yang kritis disebabkan pasien kritis terbilang cukup banyak tiap harinya. Oleh karenanya, sang dokter dimaksud harus terlebih dahulu menyelesaikan penanganan pasien yang telah ia tangani. Setelah itu, baru sang dokter jaga melayani pasien kritis lainnya yang memerlukan penanganan dokter. "Dokter jaga di RS Handayani 24 jam setiap hari. Pasien yang kritis di RS setiap hari ada lebih dari satu, tidak mungkin dokter jaga menangani pasien kritis sekaligus. Panggilan 1 yang ditangani sampai selesai, baru pasien yang lain," tulisnya dalam pesan singkat.
Sedangkan mengenai tidak samanya hasil diagnosa dari 3 dokter yang menangani pasien Aini, mantan Calon Bupati Lampura tahun 2008 silam ini beralasan bila hal tersebut memang demikian adanya. Lantaran, diagnosa setiap penyakit pada RSH memiliki berbagai tingkatan. "Diagnosa penyakit di RS ada tingkatannya. Diagnosa waktu masuk, Diagnosa hasil pemeriksaan Laboratorium dan Radiologi, Diagnosa hasil konsultasi ke Dokter lain. Baru Diagnosa akhir," tuntas dia.(Feaby)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar