Kamis, 08 Desember 2011

Tugu Payan Emas Terindikasi Syarat Mark Up


Kotabumi, HL - Kabupaten Lampung Utara (Lampura) merupakan kabupaten tertua di Provinsi Lampung, sudah beberapa dekade pergantian kepemimpinan, barulah pada periode 2004-2009 dibawah kepemimpinan Bupati Hairi Fasyah muncullah simbol (Icon) Lampura yaitu Tugu Jayu Aro. Sejalan dengan perkembangan pembangunan Icon Tugu Kayu Aro yang telah menelan dana hingga 1,6 milyar, telah menjadi kebanggan masyarakat Kotabumi Bettah, terlepas apakah sudah diresmikan atau belum tugu tersebut oleh Bupati kala itu.

Namun, seiring dengan bergantinya tongkat kepemimpinan dari Hairi Fasyah ke Zainal Abidin, Tugu Kayu Aro kini hanya menjadi kenangan. Hal ini terkait  renovasi Tugu Kayu Aro yang sudah berjalan hingga 80%, bahkan Icon tersebut bakal berganti nama menjadi Tugu Payan Mas. Pelaksanaan renovasi pun tak tanggung-tanggung hingga menelan dana APBD 2011 senilai 1.982.000.000,00.

Perubahan Tugu Kayu Aro menjadi Tugu Payan Mas telah menimbulkan Pro-Kontra di masyarakat, seperti yang disampaikan Yunita warga Kotabumi, yang kediamannya tidak begitu jauh dari Tugu tersebut, tentunya merasa senang dan bangga sekali sebagai masyarakat Lampura, yang telah memiliki Tugu (Icon) yang sangat megah. “ Pastinya kita senang, belakangan ini cukup pesat perubahan pembangunan di Ibukota Lampura Kotabumi, tampak sekarang Tugu Payan Mas terlihat indah dan megah, bahkan rencananya kabupaten kita bakal jadi Provinsi, kami sangat mendukung sekali ..Mas!,” ucapnya, Rabu (7/12)

Lebih jauh Yunita mengatakan, pelebaran Jalan Jenderal Sudirman menjadi 2 jalur merupakan buah nyata dari Pemimpin sekarang, jika pekerjaannya telah selesai, pasti masyarakat akan bertambah nyaman dalam berkendaraan,begitu pula dengan Islamic Center Kotabumi yang bangunannya tampak megah, unik dan religius.

Sementara, Dani Herlanda Usman, SE Sekretaris Barisan Muda Partai Amanat Nasional (PAN), menanggapi perubahan Tugu tersebut, mengatakan, bahwa memang benar banyak perubahan yang terjadi di Kotabumi, akan tetapi masyarakat jangan terlena dengan perubahan yang pesat ini. “Coba kita telusuri berapa banyak aset daerah yang tidak termanfaatkan dengan baik, misalnya Yayasan Syuhada (Islamic Center Lama) menjadi terbengkalai, terminal Kali Cinta yang sekarang sudah tidak berfungsi lagi, terminal Induk yang jaraknya sekarang menjadi cukup jauh dari Ibukota Kotabumi,” beber Dani sapaan akrabnya saat ditemui di rumahnya, kemarin.

Masih banyak lainnya seperti gedung atau bangunan yang tidak difungsikan, ujar Pria beranak dua ini, ini kan menunjukkan perencanaan yang kurang matang, membiarkan aset-aset daerah menjadi Mubazir tidak berfungsi dan termanfaatkan secara baiki. ” Lihat Tugu Payan Mas, memang kita patutnya bangga mempunyai simbol, tetapi alangkah baiknya Tugu Payan Mas dibangun pada tempat yang baru seperti persimpangan bernah atau persimpangan taruko. Merenovasi Tugu Kayu Aro menjadi Tugu Payan Mas, itu kan mubazir juga, dimana, bukan sedikit pembiayaan pembangunan Tugu Kayu Aro kala itu yang sekarang hanya tinggal kenangan,” katanya. 

Berapa Milyar uang masyarakat Lampura membiayai Pembangunan Tugu Kayu Aro yang Mubazir, apalagi renovasi menjadi Tugu Payan Mas, hampir menelan biaya Rp 2 Milyar. “ Padahal renovasi, bukannya buat baru, sepertinya kurang masuk logika, kalau renovasi tersebut menghabiskan biaya Rp 2 Milyar, sebab pondasi tiang bangunan lama Tugu Kayu Aro tidak dipugar maupun dirobohkan. Renovasi tersebut tetap menggunakan pondasi tiang lama, hanya bangunan lainnya saja yang dipugar atau diganti dengan bentuk yang baru,” ungkapnya.HLD-28

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...