Kotabumi (SL) - Mengenaskan. Mungkin inilah kata yang tepat menggambarkan fenomena penyebaran penyakit Human Immunodeficiency Virus (HIV)/Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) di Lampung Utara (Lampura).
Betapa tidak. Dari tahun ke tahun, jumlah penderita HIV/AIDS Lampura terus merangkak naik. Bahkan, Kabupaten yang dipimpin oleh Bupati baru Agung Ilmu Mangkunegara ini tetap menempati peringkat dua besar penderita HIV/AIDS setelah Kota Bandar Lampung diprovinsi Lampung dengan jumlah sebanyak 54 orang.
Tak hanya itu, Kabupaten yang berjuluk Bumi Ragam Tunas Lampung ini juga 'berprestasi' dalam urusan pengguna heroin dan Laki - Laki Suka Laki - Laki (LSL). Dimana pengguna heroin di Lampura mencapai 420 orang dan menempati urutan puncak seantero Lampung. Sementara, LSL Lampura menempati urutan kedua di Lampung dengan jumlah 650 LSL. Seluruh data tersebut bersumber dari data Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Lampura tahun 2014.
"Penderita HIV/AIDS dan LSL Lampura duduk diperingkat 2 di Lampung. Sementara, pengguna heroin Lampura ada diurutan puncak seantero Lampung," tutur Manajer KPA Lampura, Eza Mayang Saputra, Senin (7/4).
Pria bertubuh gempal itu mengatakan bahwa penderita HIV/AIDS didaerahnya terus mengalami kenaikan tiap tahunnya. Kenaikan yang cukup tajam atas penderita HIV/AIDS terjadi pada tahun 2011 silam. Dimana pada tahun itu, jumlah penderitanya bertambah sebanyak 17 penderita. Sementara tahun 2012 silam, penderitanya kembali bertambah lima orang. Sedangkan tahun 2013, penderitanya bertambah 12 penderita. "Kalau tahun ini, penderitanya hanya bertambah satu orang," ucapnya sembari menambahkan penyebaran penyakit yang belum ada obatnya ini disebabkan oleh berbagai faktor penggunaan narkoba yang menggunakan jarum suntik, Pekerja Seks Komersil (PSK), Laki - Laki Suka Laki - Laki (LSL).
Sayangnya, prestasi yang terbilang 'memalukan' ini sepertinya tak mampu menggugah perhatian dan kepedulian Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lampura terhadap perkembangan penyakit yang sangat mematikan itu. Jangankan mau mengambil langkah pencegahan atau sejenisnya atas HIV/AIDS, anggaran operasional KPA setempat pun tidak lagi disediakan pada tahun ini. Akibatnya, sejumlah program KPA Lampura, dan hubungan koordinasi antara KPA Lampura dengan Dinas Kesehatan (Diskes) Lampura, Diskes Provinsi dan KPA provinsi menjadi terhambat. "Tahun ini tidak ada bantuan untuk penunjang operasional dari Pemkab. Mau mengirim laporan ke KPA/Diskes Provinsi saja mesti ke warnet," beber dia.
Untuk mengatasi ketiadaan anggaran operasional tersebut, praktis pihak KPA hanya mengandalkan bantuan hibah dari luar negeri. Dimana pada tahun lalu, pihaknya memperoleh bantuan hibah dari luar negeri sekitar Rp. 80 juta. "Paling nunggu dana hibah dari luar negeri. Tahun kemarin, KPA dapat bantuan Rp. 80 juta," jelasnya.
Dilain sisi, Kasi Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Diskes, Ibnu Chattab menjelaskan, penambahan penderita HIV/AIDS tahun ini berasal dari Kecamatan Tanjung Raja. "Asalnya dari Tanjung Raja," kata dia singkat.(Feaby)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar