Kotabumi
(SL) - Kala teman sejawatnya asyik bermain, Angga Saputra sibuk mencari nafkah.
Dengan tas kecil yang digelayutkan dibahunya, bocah berumur sepuluh tahun ini
melangkah lincah membelah hiruk pikuk aktifitas ruangan - ruangan kantor
Pemerintah Kabupaten Lampung Utara untuk menawarkan jasa semir sepatu kepada
para pegawai yang ada.
Semir
pak.. Semir bu. Dua ribu aja," ucapnya menawarkan jasa, Selasa (4/2). Sayangnya,
tak satu pun pegawai diruangan yang ia masuki mau menyemir sepatunya. Entah
karena tak ada uang, atau memang sedang tak ingin disemir sepatunya. Tak putus
asa, bocah kelas V SD ini pun kembali beranjak pergi menuju ke ruangan kantor
lainnya sembari berharap ada sedikit uang yang akan ia bawa pulang untuk
menghidupi sang nenek yang sejak dua minggu terakhir mulai sakit - sakitan.
"Duitnya untuk beli beras om. Nenek sudah sakit - sakitan," katanya
dengan tatapan nanar.
Nasib
kurang beruntung sepertinya akrab dengan sang bocah sedari bayi. Betapa tidak,
sejak dirinya masih berumur hitungan bulan, sang ibu kandung yang bernama
Rahayu tega meninggalkan dirinya bersama sang kakek dan nenek. Kepergian sang
ibu seakan menambah lengkap penderitaan sang bocah karena telah ditinggal sang
ayah untuk selamanya. Ayahnya yang bernama Sofian itu kembali ke pangkuan sang
Kuasa semasa dirinya berada dalam kandungan. Praktis, bocah yatim malang ini
tak pernah dapat mengenal raut wajah kedua orang yang paling ia sayangi.
"Kata nenek, ayah saya ninggal waktu saya masih dalam perut ibu, om. Kalau
ibu pergi waktu saya masih bayi," tuturnya dengan polos.
Penderitaan
sang bocah malang ini pun kian lengkap saat sang kakek yang selama ini menjadi
pengganti sang ayah dipanggil sang Maha Pencipta sekitar tiga bulan yang lalu.
Akibat kepergian sang kakek yang selama ini menjadi sosok pelindung dan
pengayom dirinya, kini ia hanya tinggal berdua dengan sang nenek. "Kakek
juga sudah ninggal om. Dirumah cuma saya dan nenek," terangnya.
Namun,
bocah kurus ini tak pernah menaruh dendam kepada sang ibu meski sang ibunya
tercinta telah tega meninggalkan dirinya sebatang kara didunia sedari bayi dan
tak pernah sekalipun mencari tahu bagaimana keadaan dirinya. "Ibu ada di
Palembang om. Itu kata nenek," katanya lagi.
Meski tak pernah sekalipun melihat wajah ibunya, namun rasa benci atau niat untuk membalas perlakuan sang ibu tidak pernah terlintas dalam benaknya. Bahkan bocah warga Kali Cinta, Kecamatan Kotabumi Utara, Lampura ini mengaku selalu mendoakan ibunya agar sang ibu mau terketuk hatinya untuk melihat dirinya walau hanya sebentar. Ia juga berjanji akan mencari sang ibu biIa telah beranjak dewasa nanti. "Untuk apa dendam. Malah saya selalu do'ain ibu biar cepat sadar om kalau ada anaknya disini yang sangat merindukannya," ucapnya getir.
Meski tak pernah sekalipun melihat wajah ibunya, namun rasa benci atau niat untuk membalas perlakuan sang ibu tidak pernah terlintas dalam benaknya. Bahkan bocah warga Kali Cinta, Kecamatan Kotabumi Utara, Lampura ini mengaku selalu mendoakan ibunya agar sang ibu mau terketuk hatinya untuk melihat dirinya walau hanya sebentar. Ia juga berjanji akan mencari sang ibu biIa telah beranjak dewasa nanti. "Untuk apa dendam. Malah saya selalu do'ain ibu biar cepat sadar om kalau ada anaknya disini yang sangat merindukannya," ucapnya getir.
Angga
yang sehari - harinya hanya memakan nasi dengan lauk ikan asin dan sambal ini
menceritakan bahwa selain untuk biaya hidup dirinya bersama nenek tercinta,
uang hasil menyemir yang tak seberapa itu ditabungnya untuk keperluan
sekolahnya. Dimana, untuk satu kali jasa menyemir sepatu, dirinya mendapat upah
Rp. 2 ribu. Dengan baju lusuhnya, bocah ini mengaku akan tetap berusaha sekuat
tenaga untuk tetap duduk dibangku sekolah. "Dapetnya enggak tentu om.
Kadang Rp. 15 ribu, kadang dapat Rp. 20 ribu. Kadang tidak dapat sama
sekali," terangnya seraya menambahkan pekerjaan menyemir sepatu ini
dilakukan selepas pulang sekolah.
Pekerjaan menyemir sepatu yang baru ia geluti sejak dua tahun terakhir ini tak mampu mencukupi kebutuhan hidup mereka. Oleh karenanya, selepas bekerja sebagai penyemir sepatu, dirinya bersama sang nenek bersama - sama mencari barang rongsokan hingga petang hari. "Abis pulang, saya ama nenek cari rongsokan," tuntas dia.(Feaby)
Pekerjaan menyemir sepatu yang baru ia geluti sejak dua tahun terakhir ini tak mampu mencukupi kebutuhan hidup mereka. Oleh karenanya, selepas bekerja sebagai penyemir sepatu, dirinya bersama sang nenek bersama - sama mencari barang rongsokan hingga petang hari. "Abis pulang, saya ama nenek cari rongsokan," tuntas dia.(Feaby)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar