Kotabumi
(SL) – Jumlah penderita Human
Immunodeficiency Virus (HIV)/Acquired
Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) Lampung Utara terus meningkat setiap
tahunnya. Jika pada tahun lalu jumlahnya baru mencapai 36 orang, kini penderita
HIV/AIDS Lampura telah mencapai 52 orang atau mengalami kenaikan sekitar 29
persen penderita. Bahkan, ketiga puluh diantaranya dinyatakan positif sebagai penderita
AIDS.
Eza
mengatakan, penderita penyakit yang belum ada penangkalnya hingga kini itu berasal
dari semua kalangan seperti pecandu narkoba jenis heroin atau putaw, Pekerja
Seks, serta Ibu Rumah Tangga (IRT). Yang lebih mencengangkan lagi, untuk tahun
ini, penderita HIV/AIDS dari kalangan IRT terus mengalami kenaikan sekitar 35 persen.
“Dari total penderita HIV/AIDS, penderita dari kalangan IRT mencapai 35 persen,”
ujar dia.
Meningkatnya
penderita HIV/AIDS dari kalangan IRT ini, terus Eza, kemungkinan disebabkan
oleh ketidakpengetahuan sang IRT bahwa sang suami terjangkit penyakit berbahaya
tersebut. “IRT itu tidak tahu kalau suaminya terkena hiv, akhirnya mereka juga terinfkesi,”
terangnya.
Mirisnya
lagi, meski menempati urutan kedua sebagai penderita HIV/AIDS dipropinsi
Lampung, Pemerintah Kabupaten setempat terkesan tutup mata dalam persoalan ini.
Ini dibuktikan dengan minimnya dana penanggulangan penyakit berbahaya itu di
Lampura. Pemkab setempat hanya mengalokasikan dana sebesar Rp. 50 juta setiap
tahun guna menanggulangi penyakit HIV/AIDS diwilayahnya.
Kendati
demikian, minimnya anggaran dana tersebut tidak membuat KPA Lampura patah arang
untuk mencegah penyebaran HIV/AIDS. Komisi ini terus melakukan berbagai Penyuluhan
terhadap bahaya narkoba atau seks sebagai sumber utama penyebaran penyakit itu.
“Kita selalu lakukan sosialiasi kepada para Penasun (Pengguna jarum suntik) dan
Pekerja Seks Komersil dan juga kepada anak sekolah,” ucap dia.
Ditempat
yang sama, Kepala Dinas Kesehatan setempat, Maya Natali Manan menjelaskan bahwa
pihaknya telah melakukan penyuluhan program Aku Bangga Aku Tahu dari Kementerian
Kesehatan. Program ini merupakan sosialisasi beserta pemahaman mengenai
HIV/AIDS di kalangan anak muda khususnya usia 15 tahun sampai 24 tahun.. “Selain
melakukan penyuluhan diberbagai sekolah, kita juga mengunjungi sejumlah
pengajian, perusahaan,” katanya.(Feaby)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar