Sungkai
Barat (SL) – Sejumlah siswa SDN satu
atap Way Isem, Kecamatan Sungkai Barat terpaksa belajar
dihalaman sekolah pasca ambruknya gedung SDN dan SMPN satu atap tempat
mereka menimba ilmu.
"Ya, terpaksa
belajar di ruang terbuka,” kata salah seorang guru SDN
Satu Atap Way Isem, Patmawati, Rabu (20/11).
Pasalnya, robohnya gedung yang
biasa ditempati oleh siswa kelas I, dan II SD itu, jumlah kelas digedung
tersebut menjadi berkurang sehingga menyebabkan sebagian siswa harus belajar dibawah
panasnya Sinar matahari. “Seperti inilah kondisinya. Kalau Panas, kepanasan, kalau hujan ya kehujanan," ujar dia.
Jika pun ingin belajar didalam
ruangan yang masih tersedia, para murid tersebut harus rela bergantian dengan
para siswa lainnya. “Harus bergantian. Misalnya hari ini yang belajar diluar kelas
itu siswa kelas I, III, 5 maka esoknya mereka harus belajar diluar kelas karena
bergantian dengan siswa kelas II, IV, dan VI,” terang dia.
Ia mengatakan bahwa sebelum peristiwa itu terjadi, sempat terdengar suara
genting yang
beterbangan yang diiringi bunyi seperti bunyi kayu patah saat
kegiatan belajar mengajar masih berlangsung. Khawatir akan terjadi hal –
hal yang tidak diinginkan, pihak sekolah memutuskan untuk tidak menempati ruang belajar
tersebut. “Sejak hari
Rabu lalu, murid memang
sudah tidak menempati ruangan,” tuturnya seraya berharap agar pemerintah setempat
segera memperbaiki bangunan yang roboh tersebut.
Sementara, salah seorang siswa kelas I SDN Way Isem, Rio membenarkan bila dirinya bersama rekan – rekan sekolahnya terpaksa belajar
diluar dibawah panasnya sinar Matahari. Untuk itu, bocah polos ini berharap agar ruang kelasnya dapat segera diperbaiki. “Saya dan
kawan - kawan
belajar di luar ruangan kak, karena ruangan yang lain dipakai untuk kakak kelas
lainnya. Kalau pun harus diruang harus bergantian dengan kakak kelas yang lain," kata dia.
Sedangkan, Kepala sekolah, Ruziah mengatakan bila untuk sementara ini, para siswa harus belajar
secara bergantian menggunakan ruang kelas. “Kalau ruangannya penuh, terpaksa murid belajar
diluar," ucap dia. kata dia seraya mengatakan, untuk
ruang yang roboh tersebut digunakan sekitar 47 murid kelas I dan II.
Baik Kepala Sekolah, Guru, maupun
Rio berharap kepada pemerintah
setempat segera memperbaiki bangunan tersebut dan satu bangunan lainnya yang juga sudah
tidak laik lagi digunakan untuk kegiatan belajar mengajar.
Ditempat yang sama, Kepala Dinas Pendidikan setempat, Budi Utomo yang ditemui disela – sela peninjauan sekolah itu mengatakan akan segera menanggarkan perbaikan
gedung skolah itu pada tahun
2014. Akan tetapi, bilamana dirasakan sangat mendesak untuk segera diperbaiki, maka dana
perbaikan tersebut akan dianggarkan melalui dana tak terduga. “Perbaikannya akan kita usulkan tahun depan,” tutup mantan Asisten III Pemkab Lampura ini.
Sebelumnya, edung milik SDN, SMPN
Satu Atap Way Isem, Kecamatan Sungkai Barat yang ambruk hingga rata ke tanah
pada Minggu (17/11) sekitar pukul 17.00 WIB. Terpaan angin kencang yang
disertai hujan deras membuat gedung yang terbilang telah uzur itu dengan
mudahnya ambruk. Akibat kejadian tersebut, kegiatan belajar mengajar disekolah
itu terganggu karena pihak sekolah terpaksa menggunakan gedung lama yang selama
ini tidak terpakai karena kondisinya juga sangat memprihatinkan.
Mirisnya,
Pemkab Lampura melalui Dinas Pendidikan (Diknas) setempat mengklaim bahwa telah
menyediakan dana senilai Rp. 24 Miliar guna perbaikan sejumlah gedung sekolah
mulai dari tingkat SD – SMA/SMK di Lampura. Namun pada prakteknya, sekolah yang
terbilang uzur itu luput dari pelupuk mata Diknas setempat.(Feaby)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar