Rabu, 20 November 2013

SEKOLAHNYA AMBRUK, SISWA BELAJAR DILUAR



Sungkai Barat (SL) Sejumlah siswa SDN satu atap Way Isem, Kecamatan Sungkai Barat terpaksa belajar dihalaman sekolah pasca ambruknya gedung SDN dan SMPN satu atap tempat mereka menimba ilmu.

"Ya, terpaksa belajar di ruang terbuka,” kata salah seorang guru SDN Satu Atap Way Isem, Patmawati, Rabu (20/11).

Pasalnya, robohnya gedung yang biasa ditempati oleh siswa kelas I, dan II SD itu, jumlah kelas digedung tersebut menjadi berkurang sehingga menyebabkan sebagian siswa harus belajar dibawah panasnya Sinar matahari. “Seperti inilah kondisinya. Kalau Panas, kepanasan, kalau hujan ya kehujanan," ujar dia.
Jika pun ingin belajar didalam ruangan yang masih tersedia, para murid tersebut harus rela bergantian dengan para siswa lainnya. “Harus bergantian. Misalnya hari ini yang belajar diluar kelas itu siswa kelas I, III, 5 maka esoknya mereka harus belajar diluar kelas karena bergantian dengan siswa kelas II, IV, dan VI,” terang dia.

Ia mengatakan bahwa sebelum peristiwa itu terjadi, sempat terdengar suara genting yang beterbangan yang diiringi bunyi seperti bunyi kayu patah saat kegiatan belajar mengajar masih berlangsung. Khawatir akan terjadi hal – hal yang tidak diinginkan, pihak sekolah memutuskan untuk tidak menempati ruang belajar tersebut. “Sejak hari Rabu lalu, murid memang sudah tidak menempati ruangan,” tuturnya seraya berharap agar pemerintah setempat segera memperbaiki bangunan yang roboh tersebut.

Sementara, salah seorang siswa kelas I SDN Way Isem, Rio membenarkan bila dirinya bersama rekan – rekan sekolahnya terpaksa belajar diluar dibawah panasnya sinar Matahari. Untuk itu, bocah polos ini berharap agar ruang kelasnya dapat segera diperbaiki. Saya dan kawan - kawan belajar di luar ruangan kak, karena ruangan yang lain dipakai untuk kakak kelas lainnya. Kalau pun harus diruang harus bergantian dengan kakak kelas yang lain," kata dia.

Sedangkan, Kepala sekolah, Ruziah mengatakan bila untuk sementara ini, para siswa harus belajar secara bergantian menggunakan ruang kelas. “Kalau ruangannya penuh, terpaksa murid belajar diluar," ucap dia.  kata dia seraya mengatakan, untuk ruang yang roboh tersebut digunakan sekitar 47 murid kelas I dan II.

Baik Kepala Sekolah, Guru, maupun Rio berharap kepada pemerintah setempat segera memperbaiki bangunan tersebut dan satu bangunan lainnya yang juga sudah tidak laik lagi digunakan untuk kegiatan belajar mengajar.

Ditempat yang sama, Kepala Dinas Pendidikan setempat, Budi Utomo yang ditemui disela – sela peninjauan sekolah itu mengatakan akan segera menanggarkan perbaikan gedung skolah itu pada tahun 2014. Akan tetapi, bilamana dirasakan sangat mendesak untuk segera diperbaiki, maka dana perbaikan tersebut akan dianggarkan melalui dana tak terduga. “Perbaikannya akan kita usulkan tahun depan,” tutup mantan Asisten III Pemkab Lampura ini.

Sebelumnya, edung milik SDN, SMPN Satu Atap Way Isem, Kecamatan Sungkai Barat yang ambruk hingga rata ke tanah pada Minggu (17/11) sekitar pukul 17.00 WIB. Terpaan angin kencang yang disertai hujan deras membuat gedung yang terbilang telah uzur itu dengan mudahnya ambruk. Akibat kejadian tersebut, kegiatan belajar mengajar disekolah itu terganggu karena pihak sekolah terpaksa menggunakan gedung lama yang selama ini tidak terpakai karena kondisinya juga sangat memprihatinkan. 

Mirisnya, Pemkab Lampura melalui Dinas Pendidikan (Diknas) setempat mengklaim bahwa telah menyediakan dana senilai Rp. 24 Miliar guna perbaikan sejumlah gedung sekolah mulai dari tingkat SD – SMA/SMK di Lampura. Namun pada prakteknya, sekolah yang terbilang uzur itu luput dari pelupuk mata Diknas setempat.(Feaby)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...