Kotabumi (SL) –
Lantaran ditinggal mogok oleh para dokter, pelayanan Rumah Sakit Umum Ryacudu (RSUR),
Kotabumi, Lampung Utara terhadap pasiennya menjadi terganggu. Aksi mogok kerja
dokter se-Indonesia ini dilakukan serntak diseluruh tanah air, Rabu (26/11).
Pantauan di RSUR, Rabu (27/11)
sekitar pukul 10:30 WIB, sejumlah dokter di Rumah Sakit plat merah tersebut tidak
tampak melayani pasien. Berdasarkan informasi yang dihimpun, para dokter
tersebut sengaja tidak masuk kerja dikarenakan akan mengikuti Aksi Demo Dokter
di Bandar Lampung. Selain itu, pengobatan pasien yang banyak yang mengalami
penundaan termasuk kamar operasi yang tidak beraktifitas sama sekali. Para pasien
seluruhnya yang membutuhkan pelayanan pengobatan dialihkan ke ruang Unit Gawat
Daerah (UGD). Eri Handayani (42),
salah satu seorang pasien diruang kebidanan mengaku bahwa jadwal operasi
rahimnya terpaksa ditunda karena aksi demo ini. Sejatinya, operasi atas warga Desa
Semuli Jaya, Kecamatan Abung Semuli ini bertujuan untuk mengangkat benjolan yang
berada didalam rahimnya. “Sudah dua kali dijadwalkan operasi termasuk hari ini,
tapi ditunda lagi,” tuturnya.
Pihak RSUR beralasan
bila penundaan operasi terhadap dirinya dikarenakan stok bius yang dimiliki sedang
mengalami kekosongan. “Saya dan suami sudah tiga hari disini,” jelas dia.
Menyikapi aksi mogok
kerja para Dokter, Direktur RSUR, Septi Dwi Putra langsung melakukan kunjungan ke
seluruh ruang rawat inap seperti ruang bedah, kebidanan, ruang anak, runag
Syaraf, VIP A dan VIP B. hal ini dimaksudkan untuk tetap memberikan pelayanan
terhadap para pasien meski ditinggal pergi para dokternya. “Pasien butuh
pelayanan. Seluruh pasien yang ada adalah saudara kita dan harus kita
perhatikan,” terang dia.
Walau sedang mengikuti
aksi mogok kerja, terusnya, akan tetapi para dokter sewaktu – waktu dapat masuk
kerja bilamana situasi yang terjadi sangat darurat seperti dokter spesialis
Bedah dan Kandungan. “Dokter – dokter ini selalu Stand By (siap sedia),”
ucapnya.
Meski mengakui
mendukung sepenuhnya aksi mogok kerja tersebut, namun ia tak menyetujui bila
aksi solidaritas ini mesti diwujudkan dalam bentuk aksi mogok kerja karena
secara otomatis.akan berimbas kepada menurunnya pelayanan terhadap pasien. “Masih
banyak cari lain untuk memberikan dukungan kepada rekan dokter kita yang
divonis bersalah. Tidak harus demo lah,” ucap dia.
Wacana aksi mogok
massal para Dokter di Indonesia Rabu ini merupakan wujud solidaritas atas
penangkapan Dokter Dewa Ayu Sasiary Prawani Sp.OG dan dua koleganya karena
divonis bersalah oleh hakim kasasi di Mahkamah Agung (MA). Vonis bersalah
MA kepada Dokter Ayu dan dua koleganya berbanding terbalik dengan putusan
Pengadilan Negeri (PN) Manado yang membebaskan mereka. (Feaby)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar