Kotabumi (SL) - Jembatan
Gantung yang terletak di LK V, Kelurahan Kota Alam, Kecamatan Kotabumi Selatan,
Lampung Utara (Lampura) menjadi saksi nyata ketimpangan pembangunan yang
dilakukan Pemerintah Kabupaten setempat.
Betapa tidak. Meski berada
didaerah perkotaan, tapi sejak tahun 1970 jembatan yang selalu digunakan
sebagai jalur alternatif oleh ratusan pelajar SD – SMA dan para pedagang yang
mayoritas berasal dari ekonomi lemah. Pemkab setempat lebih mementingkan
pembangunan yang bersifat simbolik yang tidak efektif dan efisien seperti
pembangunan Tugu Payan Mas, Tugu Alamsyah Ratu Prawira Negara, pembangunan
gedung Pusiban Agung yang baru ketimbang membangun jembatan permanen bagi
masyarakatnya.
Parahnya lagi, sejak
pertama kali dibangun yakni pada tahun 1970 hingga mengalami perubahan menjadi
jembatan gantung seperti saat ini, pembangunan jembatan itu berasal dari dana
swadaya masyarakat setempat tanpa campur tangan atau bantuan dari Pemkab
setempat. Berdasarkan informasi yang dihimpun, dalam setiap harinya, tidak
kurang dari 300 pelajar dan pedagang yang menggunakan jembatan tersebut. Sebab,
posisi jembatan tersebut sangat strategis lantaran berada didekat sejumlah SD,
SMP dan SMA diantaranya SD Xaverius, SD 8 Tanjung Aman, SD 4 Kota Alam, SD 2
Kota Alam, MIN I, SMPN 3, SMA 4.
Sementara pantauan
dilokasi, kondisi jembatan gantung itu mulai sangat memprihatinkan. Pasalnya,
beberapa kayu bantalan dan papan lantai mulai lapuk dimakan usia sehingga
mengancam keselamatan para penggunanya.
Fauzi (43), pemilik rumah
yang berada persis disamping jembatan itu mengatakan bahwa setiap harinya,
jembatan itu sangat ramai dengan anak sekolah terutama pada pagi, siang dan
sore hari. “Dalam satu hari, ada sekitar 300 pelajar SD hingga SMA yang
menyeberang dengan berjalan kaki dijembatan itu,” kata dia, dikediamannya,
Kamis (31/10).
Banyaknya masyarakat
terutama kaum pelajar dan pedagang yang menggunakan jembatan tersebut, terusnya
lagi, menimbulakan niat masyarakat setempat untuk merubahnya menjadi jembatan
permanen. Namun, dikarenakan biaya yang akan digunakan untuk membagun sebuah
jembatan permanen tidak sedikit maka rencana itu kandas ditengah jalan. “Kita
ingi Pemkab merubah jembatan ini menjadi jembatan permanen karena dapat menjadi
jalur alternatif,” pinta dia.
Ditempat berbeda, Lurah
Kota Alam, Kecamatan Kotabumi Selatan, A. Rahman menyebutkan bahwa jembatan
gantung yang ada saat ini sudah berumur 23 tahun dan dibangun melalui swadaya
masyarakat “Saat ini pun, bila ada kerusakan, masyarakatlah yang langsung memperbaikinya
sendiri,” jelas dia seraya menerangkan bila jembatan gantung itu dibangun pada
tahun 1990.
A.
Rahman membenarkan bahwa hingga saat ini, belum pernah ada perhatian pemerintah
kepada jembatan tersebut. Padahal, jembatan itu sangat penting menjadi
penghubung atau alternatif antar lingkungan Kelurahan Kota Alam. Selain itu, melalui
jembatan itu, jarak tempuh baik dari Kota Alam menuju kota maupun sebaliknya
dari arah kota maupun pasar pagi Kotabumi menuju Kotaalam dapat lebih
dipersingkat. “Kami sangat berharap sekali bila jembatan itu dirubah menjadi
jembatan yang layak dan dapat dilalui oleh kendaraan baik roda dua maupun roda
empat,” tuntas dia.(Feaby).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar