Kotabumi (SL) -
Sudah diberi hati minta jantung. Begitulah yang dilakukan oleh dokter spesialis
radiologi, Bily Zukyawan dan dokter spesialis Telinga, Hidung dan Tenggorokan
(THT), Farida Nurhayati yang bekerja di Rumah Sakit Umum (RSU) Ryacudu
Kotabumi, Lampung Utara (Lampura).
Betapa tidak,
meski telah diberi kebijakan untuk masuk kerja selama dua kali dalam sebulan,
kedua oknum dokter tersebut masih 'mbalelo' dengan jarang masuk. Padahal,
berdasarkan perjanjian yang telah dibuat diatas materai, kedua oknum itu harus
masuk kerja sebanyak dua kali dalam sebulan.
Direktur RSU
Ryacudu Kotabumi, dr. Septi Dwi Putra ketika dikonfirmasi membenarkan bahwa
kedua oknum dokter ‘nakal’ tersebut jarang masuk kerja, dan bahkan sejak
dua bulan belakangan, keduanya tidak pernah masuk sama sekali. Mantan
sekretaris Dinas Kesehatan ini berencana untuk mengeluarkan kedua dokter
'nakal' yang sekolah spesialisnya dibiayai oleh anggaran daerah Pemerintah
Kabupaten (Pemkab) Lampura itu. "Saya sudah mengambil sikap, keluarkan.
Mending saya ambil yang baru. Daripada jadi duri dalam daging," tuturnya
sesaat sebelum menghadiri rapat diruang ruang rapat kantor Pemkab setempat,
Kamis (26/9).
Septi
menyatakan, tindakan kedua oknum dokter 'nakal' itu sudah tidak dapat
ditoleransi karena membawa dampak bagi pelayanan kesehatan di RS yang
dipimpinnya. Selain itu, polah kedua oknum dokter itu juga sempat menjadi
sorotan komite medik RS Ryacudu, Kotabumi. "Komite medik complain (mengeluh)
karena akibat tindakan kedua dokter itu, pelayanan RS kepada masyarakat
terganggu. Para dokter spesialis lainnya juga terganggu. Jadi, saya akan
keluarkan (dokter). Kita kan bisa ambil dari luar (dokter)," kata dia
seraya menjelaskan masih menunggu laporan resmi dari komite medik terkait hasil
rapat mengenai kedua dokter itu.
Namun demikian,
pihaknya tidak akan serta merta mengeluarkan keduanya secara sepihak tanpa
memberitahu terlebih dahulu kepada keduanya. Oleh karenanya, dalam waktu dekat,
pihaknya akan memanggil kedua dokter itu guna meminta ketegasan keduanya apakah
masih ingin membantu Lampura atau tidak. Dan bila keduanya memutuskan tidak
ingin lagi membantu Lampura, maka pihaknya akan mengembalikan keduanya ke Dinas
Kesehatan dan menyurati persatuan dokter spesialis keduanya. "Mungkin
minggu depan, saya akan tegaskan kepada mereka (dokter), masih mau bantu
Lampura atau tidak. Saya juga sudah capek membelanya," ujar dia.
Sebelumnya
diberitakan, pada akhir tahun lalu, Pemkab setempat menyetujui permintaan dua
dokter ‘nakal’ yaitu dr. Billy Zukyawan, Sp.Rad dan dr. Farida Nurhayati, Sp.
THT yang meminta keringanan kepada Pemkab setempat agar hanya bekerja selama
beberapa hari saja
dalam setiap minggunya alias paruh waktu. Menurut Septi, persyaratan yang diajukan kedua dokter tersebut telah mendapat persetujuan dari Pemkab Lampura dengan mempertimbangkan berbagai alasan yang ada seperti alasan keluarga, tidak tersedianya tempat tinggal bagi dokter tersebut (dr. Billy), dan belum tersedianya sarana dan prasarana bagi Dokter spesialis THT (dr. Farida).(Feaby)
dalam setiap minggunya alias paruh waktu. Menurut Septi, persyaratan yang diajukan kedua dokter tersebut telah mendapat persetujuan dari Pemkab Lampura dengan mempertimbangkan berbagai alasan yang ada seperti alasan keluarga, tidak tersedianya tempat tinggal bagi dokter tersebut (dr. Billy), dan belum tersedianya sarana dan prasarana bagi Dokter spesialis THT (dr. Farida).(Feaby)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar