Kotabumi, HL – Kritikan terhadap pelaksanaan proyek
pembangunan lanjutan dua jalur Jenderal Sudirman yang menelan uang rakyat Lampung Utara (Lampura) senilai Rp. 6.500.000.000,00 kian
deras mengalir. Setelah
sebelumnya, kritikan muncul dari sejumlah elemen masyarakat, kini kritikan serupa
muncul dari kalangan eksekutif sendiri.
“Dunia lagi rame
– ramenya begini, kita malah ngebongkar jalan. IQ atau pemikirannya itu pada
kemana. Kenapa enggak dilakukan setelah lebaran saja,” sebut minak Ef, sebutan
akrabnya, Selasa (8/8).
Hal ini, jelas
dia, menunjukan bahwa perencanaan tekhnis dalam pelaksanaan proyek bombastis
tersebut sangatlah kurang matang. “Bukti nyata bahwa pelaksanaan tekhnisnya
kurang matang. Coba lihat kondisi jalan didepan Telkom kotabumu, setiap hujan
tiba pasti banjir. kondisi ini diperparah dengan kondisi selokan disepanjang
jala tersebut yang keadaannya tidak seperti selokan,” beber dia.
Sebelumnya, Nada sumbang mulai bermunculan ditengah masyarakat Lampung Utara
(Lampura) terhadap pekerjaan lanjutan pelebaran dua jalur Jenderal Sudirman
senilai Rp. 6.500.000.000,00 yang sudah dimulai sejak beberapa hari belakangan ini.
Mencuatnya
nada sumbang terhadap proyek bombastis tersebut bukanlah tanpa alasan. Sebab,
sejumlah elemen masyarakat menilai proyek yang menelan tersebut dinilai terlalu
dipaksakan dan sarat dengan muatan politis.
“Coba
anda perhatikan pengendara roda empat yang hendak memutarkan arah kendaraannya.
Kebanyakan mereka pasti sangat kesulitan. Dimana setiap kendaraan yang hendak
berputar arah harus bersusah payah dahulu baru bisa melajukan kendaraannya
lantaran lebar jalan itu sangat kurang. Pokoknya, perlu energi dan kemampuan
yang lebih untuk bisa berputar arah,” tukas dia.
Pernyataan
serupa juga dilontarkan oleh salah satu mantan konsultan jasa konstruksi Bandar
Lampung, yang enggan disebutkan namanya. Sumber tersebut dengan lugas juga menyatakan
bahwa pembangunan dua jalur tersebut terkesan dipaksakan dan penuh muatan
politis. Meski akibatnya malah menjadi boomerang bagi pengguna jalan karena
tidak efektif. Lantaran menurutnya, keberadaan jalan dua jalur dapat menjadi
tanda nyata kemajuan suatu daerah.
Idealnya,
sambung dia, setiap jalur pada jalan dua jalur tersebut memiliki lebar 6 meter
dan ditambah dengan 1,5 meter untuk bahu jalan. “Rinciannya begini, lebar
setiap jalur 6 m, baik kiri maupun kanan. Terus ditambah 1,5 meter bahu jalan
setiap jalurnya,” jelas dia seraya menyarankan kepada pihak terkait memperkecil
setiap trotoar didaerah putaran agar para pengendara mobil memiliki cukup ruang
untuk memutarkan arah mobilnya.HLD-28
Tidak ada komentar:
Posting Komentar