Rabu, 08 Agustus 2012

PROYEK JALUR DUA SUDIRMAN TERUS TUAI KRITIK


Kotabumi, HL – Kritikan terhadap pelaksanaan proyek pembangunan lanjutan dua jalur Jenderal Sudirman yang menelan uang rakyat Lampung Utara (Lampura) senilai Rp. 6.500.000.000,00 kian deras mengalir. Setelah sebelumnya, kritikan muncul dari sejumlah elemen masyarakat, kini kritikan serupa muncul dari kalangan eksekutif sendiri.
Staf Ahli Pemerintah Kabupaten Lampura, Efrizal mengatakan seharusnya Pemkab Lampura mempertimbangkan dengan matang waktu pelaksanaan proyek tersebut. Sebab, dirinya menilai waktu pelaksanaan proyek tersebut sangat mencederai hati masyarakat Lampura yang sedang menjalankan ibadah puasa dan menyambut hari raya Idul Fitri 1433 H.

“Dunia lagi rame – ramenya begini, kita malah ngebongkar jalan. IQ atau pemikirannya itu pada kemana. Kenapa enggak dilakukan setelah lebaran saja,” sebut minak Ef, sebutan akrabnya, Selasa (8/8).

Hal ini, jelas dia, menunjukan bahwa perencanaan tekhnis dalam pelaksanaan proyek bombastis tersebut sangatlah kurang matang. “Bukti nyata bahwa pelaksanaan tekhnisnya kurang matang. Coba lihat kondisi jalan didepan Telkom kotabumu, setiap hujan tiba pasti banjir. kondisi ini diperparah dengan kondisi selokan disepanjang jala tersebut yang keadaannya tidak seperti selokan,” beber dia.

Sebelumnya, Nada sumbang mulai bermunculan ditengah masyarakat Lampung Utara (Lampura) terhadap pekerjaan lanjutan pelebaran dua jalur Jenderal Sudirman senilai Rp. 6.500.000.000,00 yang sudah dimulai sejak beberapa hari belakangan ini.
Mencuatnya nada sumbang terhadap proyek bombastis tersebut bukanlah tanpa alasan. Sebab, sejumlah elemen masyarakat menilai proyek yang menelan tersebut dinilai terlalu dipaksakan dan sarat dengan muatan politis.

“Coba anda perhatikan pengendara roda empat yang hendak memutarkan arah kendaraannya. Kebanyakan mereka pasti sangat kesulitan. Dimana setiap kendaraan yang hendak berputar arah harus bersusah payah dahulu baru bisa melajukan kendaraannya lantaran lebar jalan itu sangat kurang. Pokoknya, perlu energi dan kemampuan yang lebih untuk bisa berputar arah,” tukas dia.

Pernyataan serupa juga dilontarkan oleh salah satu mantan konsultan jasa konstruksi Bandar Lampung, yang enggan disebutkan namanya. Sumber tersebut dengan lugas juga menyatakan bahwa pembangunan dua jalur tersebut terkesan dipaksakan dan penuh muatan politis. Meski akibatnya malah menjadi boomerang bagi pengguna jalan karena tidak efektif. Lantaran menurutnya, keberadaan jalan dua jalur dapat menjadi tanda nyata kemajuan suatu daerah.

Idealnya, sambung dia, setiap jalur pada jalan dua jalur tersebut memiliki lebar 6 meter dan ditambah dengan 1,5 meter untuk bahu jalan. “Rinciannya begini, lebar setiap jalur 6 m, baik kiri maupun kanan. Terus ditambah 1,5 meter bahu jalan setiap jalurnya,” jelas dia seraya menyarankan kepada pihak terkait memperkecil setiap trotoar didaerah putaran agar para pengendara mobil memiliki cukup ruang untuk memutarkan arah mobilnya.HLD-28

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...